Wahanainfo | Medan – Kegiatan Ruang Bicara Publik yang disingkat RUBIK tersebut adalah wadah yang diinisiasi oleh sekelompok pelajar, mahasiswa dan pemuda yang ada di Kota Medan terkhususnya Provinsi Sumatera Utara dalam menyikapi perkembangan zaman terkhusus dalam situasional perpolitikan di Indonesia, dari Pro Kontra Proporsional Terbuka – Tertutup yang diadakan beberapa hari yang lalu di In Out Cafe bahkan Dialog Interaktif Menakar Potensi Kandidat Calon Presiden 2024 yang dilaksanakan di Sakhi’s Coffee & Resto, Jalan Bahagia, Medan Kota. Kamis, 01 – Juni – 2023.
Diantara pemateri yang hadir antara lain : Rasyid Siddiq selaku Bendahara Wilayah Santri Dukung Ganjar Sumatera Utara, Mudhofir Hawari Azizi selaku Ketua Pemuda Perindo Kota Medan, Maulidi Azizi Zein selaku Kader Partai Gerindra, M. Ihza Mahendra selaku Ketua PD IPA Deli Serdang, Ahmad Irham Tajhi selaku Ketua PD IPA Medan dan yang terakhir juga ada Nico Devandri Jaya sebagai salah seorang Pendukunf Anies dan juga Abd. Halim sebagai Jurnalis Muda
Salah seorang Inisiator Rubik yaitu Abd. Halim yang juga Jurnalis Muda mengatakan bahwa lahirnya RUBIK karena munculnya keresahan, tidak adanya ruang untuk bertukar pikiran bahkan beradu ide dan gagasan seperti yang dijamin oleh Undang-Undang Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan ” Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat “. Sehingga ketika negara dianggap tidak mampu untuk memberikan ruang terhadap pikiran rasanya kita selaku masyarakat harus mampu menjadi sosial control dalam kehidupan berbangsa, bernegara bahkan beragama untuk mengawal proses demokrasi dan pengambilan kebijakan dari setiap pemerintahan.
Dalam Standing Point diawal, halim menyampaikan kalkulasi Presidensial Treshold dari masing masing Calon Presiden yaitu Anies yang didukung oleh Nasdem, Demokrat dan PKS, Ganjar yang didukung oleh PDIP dan PPP dan yang terakhir Prabowo yang didukung oleh Gerindra dan PKB. Sementara Golkar dan PAN belum memutuskan dukungannya kearah mana, ujarnya.
Abd. Halim juga menegaskan untuk mengambil sudut pandang lain sebagai salah seorang Jurnalis Muda yang mempunyai data dan fakta untuk diuji kebenarannya. Bicara potensi, semua pasangan calon presiden adalah kader yang berpotensi untuk memimpin Republik ini, tapi Halim sebagai salah seorang Narasumber mengambil paradigma kiri, bertolak belakang dengan isi pembahasan untuk menimbulkan dialektika dalam diskusi tersebut. Dari kegagalan Anies yang dianggap memimpin Jakarta dengan segudang masalah, dari permasalahan DP 0% bahkan banjir jakarta yang sampai saat ini terus terjadi dan sempat terseret dalam pembahasan kasus korupsi Formula E, begitupula dengan Ganjar dengan kasus Wadas, Jawa Tengah menjadi provinsi termiskin kedua di Jawa, dengan persentase 10,98 persen dan memiliki 3.858.230 penduduk miskin, bahkan sempat menyeret nama beliau untuk diperiksa dalam pusaran kasus Korupsi E-KTP yang melibatkan Ketua DPR-RI, Setya Novanto apalagi dengan pelanggaran etika publik yang pernah diucapkannya mengenai menonton film yang tidak sewajarnya diucapkannya sebagai penjabat publik dan yang terakhir Prabowo dengan catatan kelam tahun 98′ diberhentikan sebagai Pangkostrad, oleh Presiden BJ. Habibie atas informasi yang diterima dari Panglima TNI pada saat itu adalah Wiranto hingga kasus mafia alusista yang ada didalam tubuh kementerian pertahanan, sampai kepada lemahnya pertahanan Indonesia dalam menjaga kedaulatan seperti yang terjadi terhadap penahanan pilot Susi Air yang terjadi beberapa waktu lalu hingga saat ini belum menemui titik terang, terangnya.
Rubik juga membuka segala kemungkinan bekerjasama dan berkolaborasi dengan siapa saja untuk mendiskusikan bahkan melakukan kajian khusus terhadap hal-hal yang berkembang, dari berbagai macam issue yang ada.
Diakhir dialog tersebut, halim menyampaikan bahwa berpolitik seadanya, berkawan selamanya. Kita akan memilih pemimpin indonesia yang kelak akan membawa bangsa yang besar ini ke panggung dunia, bukan yang penuh sandiwara. tutupnya. ( A. Halim/WI )