BAGAIMANA INI?
Bagaimana ini?
Aku takut, kalau lama-lama perkampungan menjadi kota.
Hutan-hutan menjadi wahana permainan.
Hamparan persawahan menjadi perumahan.
Bagaimana ini?
Aku takut, kalau lama-lama kicauan merdu burung-burung hilang ditelan bising kendaraan.
Longlongan serigala di musim semi dihantam riuh mesin pemotong kayu.
Auman macan tutul dicabik-cabik deru mesin pabrik.
Bagaimana ini?
Aku takut, kalau lama-lama anak-anak kita tak lagi mengenal pokok padi, sumber butiran beras yang mengisi perutnya.
Tak lagi melihat jernihnya aliran air, yang hulunya diteduhi rindang pohon beringin.
Tak lagi melihat hijaunya hamparan tanaman jagung, cabe, atau sayuran yang tumbuh subur sebelum musim panen.
Bagaimana ini?
Aku takut, kalau irigasi persawahan diganti jadi saluran pembuangan limbah.
Rumah-rumah tradisional disulap jadi ritel-ritel modern.
Bagaimana ini?
Aku takut, benar-benar takut, jika desa nan asri semakin dan semakin sempit, terhimpit gedung-gedung nan menjulang sombong.
Bagaimana ini?
Dalam ketakutanku aku bertanya?
Kalau sawah habis terkikis,
Ladang petani terobrak-abrik,
Bolehkah kita mengisi perut yang keroncongan dengan kilauan warna-warni cat gedung pusat perbelanjaan?
Atau dengan asap-asap pabrik?
Atau malah dengan lampu-lampu cafe, diskotik, dan tempat hiburan yang sudah mulai “menjajah” ke sudut-sudut kampung?
Bagaimana ini?
Beri aku jawaban yang melepas dahaga otakku.
Jangan hancurkan sawahku!
Jangan luluh lantakkan ladangku!
Jangan babat hutanku!
Jangan kotori aliran airku!
Bagaimana ini?
Aku tak mau kehilangan kuningnya butir padiku.
Tak sudi kecarian jernih aliran sungai penawar kehausan di musim kemarau.
Tak sudi kehilangan teduh rindangnya pokok beringin di ujung perkampungan.
Tak sudi kehilangan cengkerama di bawah atap rumah-rumah penduduk desa.
Bagaimana ini?
Oleh : Mas Can
Warung Kopi, 28 Mei 2022